Dari : Situs Alfi

Kamis, 21 November 2019

:)


Hai kamu, aku gak tau apa yg sebenarnya aku rasain belakangan ini. Bahkan saat menulis blog ini pun perasaanku tidak karuan. Entah apa yg sebenarnya aku rasakan. Dan jika kamu bertanya apakah aku merindukanmu? apakah aku masih menyayangimu? jawabannya adalah 'iya' aku merindukanmu, tapi aku merindukanmu saat dirimu dahulu. lalu, apakah aku salah merindukanmu yg dulu? aku pun tak tau, silahkan menilai sendiri.. dan jika kamu bertanya sebab apa aku merindukanmu yg dulu aku akan menjawab begitu banyak pandangan hal sederhana yg kudapat dari kamu.. kamu adalah wanita yg sederhana,  kamu adalah wanita yang cukup tangguh, kamu adalah wanita yg mandiri yg tidak mau merepotkan orang lain kamu adalah wanita yg berpendirian tinggi bahkan kamu adalah wanita yg sangat mencintai keluargamu terutama ibumu.. hai kamu, aku masih ingat ketika aku tau kamu jauh dari orang tuamu. kamu harus bisa menjaga dirimu sendiri kamu harus bisa menyesuaikan apa-apa sendiri dan aku merasa malu ketika aku harus mengeluh dengan hidupku, ketika aku lupa akan bersyukur dengan hidupku bahwa kamu jauh lebih mensyukuri hidupmu dan kamu secara tidak langsung mengajari aku hal itu tanpa kamu ketahui.. memang terkadang ada hal yg membuat kita menjadi mengeluh membuat kita lupa akan bersyukur tapi akan selalu ada hal banyak untuk kita tetap bersyukur.. salahkah aku merindukanmu yg dulu? ketika aku hadir dikehidupanmu mungkin ada hal yg aku ajarkan kepadamu untuk bergantungan kepada orang lain, ada hal yg membuatmu menjadi lupa akan dirimu yg tangguh.. hai kamu jika memang kehadiranku di kehidupanmu merubah hal baik yg ada pada dirimu jangan pernah salahkan itu padaku tapi tanyakan pada dirmu apakah benar jika kita harus bergantungan pada orang lain yg bahkan bayanganmu saja bisa meninggalkanmu saat kegelapan.. mungkinkah hal yg kita jalani dulu bisa kita rasakan lagi? yaa dulu, saat aku mengenalmu di lingkungan yg berbeda tidak seperti saat ini. waktu aku mengenalmu saat kamu masih ikut bekerja di usaha abangmu aku mengenalmu sebagai sosok yg lugu sosok yg selalu ingin memulai hal baru.. lingkunganmu yg saat itu ku kenal sederhana dan ramah kepada siapapun membuatku juga senang bisa mengenalmu. hai kamu aku merindukanmu saat itu.
Aku ingat saat kamu ingin memulai masuk perguruan tinggi pilihanmu dan aku mengikuti saat proses kamu mulai memilih itu, saat kamu mengikuti pendaftaran bahkan saat kamu mengenal teman pertama kali mu di kampus. Sangat senang aku bisa melihat itu semua saat kamu bercengkrama dengan hal baru yg kamu jalani. Waktu pun terus berjalan sampai kamu bisa berbaur dengan teman-teman barumu dikampus. Mengenal lingkungan baru, mengenal karakter orang-orang di sekitarmu sampai akhirnya mengikuti alur suasana sekitarmu. Kamu masih kukenal sebagai wanita yg lugu namun keluguanmu membuat orang lain disekitar lingkunganmu saat itu menjadikan kamu wanita yg lupa akan siapa dirimu. Masih ingatkah saat ada teman laki-laki dikampusmu yg ingin bercerita tentang pacarnya. Ia bercerita dengan video call mu.. Wajarkah jika ada kecemburuan dariku? Hal itu aku ketahui ketika aku ingin melihat isi chat di whatsappmu. Mungkin aku salah dan seharusnya aku tidak berhak melihat isi chatmu karena menurutku itu hal yg tidak etis, ini bukan soal kepercayaan dalam hubungan tapi ini soal privasi dan sebaliknya kau pun sempat melakukan itu dan sesekali melihat privasi di hp ku. Baiklah anggap saja ini impas. Tp yg perlu kamu ketahui dibalik sisi yg terlihat pada diriku aku selalu mencoba menjaga perasaanku untukmu aku bahkan malu jika aku bermain-main dibelakangmu dengan aku tau sifatmu yg seperti apa. Tp sadarkah itu semua dari keluguanmu dalam bersikap kepada orang lain. Saat ku tanya ke teman laki-laki mu atas dasar apa bercerita dengan cara video call mu padahal dengan melalui telpon atau saat bertemu dikampus itu jg sudah cukup tapi jawaban temanmu adalah 'iseng' tak lain dari itu.. Bolehkah aku marah dengan hal tersebut? Tak ada yg salah dengan keluguanmu tapi pertanyaanku dimana sisi ketegasanmu dalam bersikap ke orang lain?  Kamu wanita dan sangat mudah jika laki-laki bertindak kepada wanita yg terlalu mudah merespon dengan apa yg laki-laki dapat lakukan, karena itu ketegasanmu dipertanyakan. Terlepas dari hal itu dan seiring berjalannya waktu kamu pun mulai masuk di dunia kerja yg berbeda mengenal orang baru lagi mengenal karakter orang lain yg berbeda-beda. Aku kagum denganmu dari sisi mandiri yg kamu punya. Mencoba hal baru dan beradaptasi dengan hal tersebut. Namun tak sampai disitu ada hal yg membuatku menjadi heran dengan sikapmu. Ingatkah kamu saat pernah berbohong padaku ketika kamu ingin mendapatkan kacamata gratis saat ditawarkan dari lingkungan teman kerjamu.. Hal yg tidak pernah aku bayangkan ada pada dirimu, kamu adalah orang yg aku kenal yg selalu menunjukkan bahkan bercerita dalam hal kecil apapaun padaku tapi kenapa kamu harus berbohong saat itu, apa yg membuatmu harus berbohong dalam hal itu? Bolehkah aku berpikiran bahwa itu hanya gengsimu untuk menceritakan hal itu? Padahal saat itu aku sangat memahami ada sesuatu yg berbeda darimu, kebohongan akan hal kecil yg bercabang. Hai kamu, apa yg aku harus pahami lg dari hal itu? Dari sekian masalah yg sudah kita lalui dan timbul kembali masalah baru dilingkungan yg sama ketika rekan kerjamu sempat untuk mengajakmu ke acara musik dan dari hal tersebut ketegasanmu dipertanyakan kembali. Dimana ketegasanmu ketika merespon laki-laki itu? Bahkan kamu sempat bercerita ke teman dekat kampusmu soal masalah itu dan kamu baru menyadari bahwa hal yg kamu lakukan itu salah, apakah ini masih soal keluguanmu? Aku pikir tidak, tapi ini memang soal ketegasan yg selalu aku tekankan padamu. Hai kamu, aku butuh kamu yg tegas.
Bolehkah aku menarik kesimpulan dari setiap masalah yg sempat kita lalui itu sering terjadi di lingkunganmu yg sekarang ini. Tapi jangan berpikiran dengan maksudku bahwa semua masalah berasal dari lingkunganmu tapi dari perihal KETEGASANmu dalam bersikap dan caramu BERPIKIR.

Hai kamu, tahukah kamu aku menikmati sisi-sisi saat aku jauh lebih mengenalmu saat aku tau bagaimana caramu berpikir. Sampai saat kamu mulai mengkritikku, hal yg seharusnya aku bisa terima tentang kritikanmu yg juga aku lakukan padamu. Tapi maaf menurutku hal ini bukan hal yg tepat ketika kamu harus mengkritik soal produktifitasku. Kamu sudah cukup mengenalku bukan? Aku sadar bahwa ada hal yg memang tidak bisa aku ceritakan padamu karena aku juga berpikir bahwa ada hal yg mungkin juga tiap orang tidak bisa ceritakan termasuk kamu bisa seperti itu bukan?
Mengapaa harus ada hal tentang produktifitasku yg harus kamu kritik? Bukankah ada hal lain atau mungkin seperti caraku bersikap maupun berperilaku. Dan kamu baru mengerti setelah hal itu, bahwasanya inti dari maksud kritikanmu dan dari penjelasanku ada harga diri laki-laki yg tidak bisa kamu usik. Kenapa aku bilang itu sebagai harga diri laki-laki? karena ketika laki-laki dituntut tentang produktifitasnya ia akan merasakan perasaaan yg mendalam. Berbagai macam pikiran yg kalap tentang pandangan wanitanya, perasaaan yg tidak karuan ketika harus merasakan hal yg tidak bisa ia terima. Ada hal yg mungkin saja wanita tidak bisa rasakan dari laki-laki entah apa yg sudah laki-laki itu pikirkan entah apa yg sudah laki-laki itu gambarkan dan mencoba mewujudkan dalam kertas harapan yg ada dalam dirinya. Itu semua sudah menjadi sebuah titik yang kapan saja titik itu bisa terbentuk menjadi rangkain kata dalam kertas harapan yg ia sudah gambarkan.
Dari sekian masalah yg cukup banyak kita lalui menjadikan kita pribadi yg jauh lebih terbuka dalam berpikir, jadi pribadi yg jauh berani bertindak dalam mengambil keputusan. Dan maaf atas ego yg sulit kupadamkan dari setiap masalah yg telah kita lalui, Dan semoga rasa sayang yg kupunya untukmu tidak sirna begitu saja tergerus oleh setiap masalah yg kita lalui dan yg kita akan hadapi, karena aku belum mencapai dimana rasa sayang itu bisa saja hilang denganmu.
Berharap selalu bisa memahami segala perbedaan yg terjadi dari setiap masalah yg akan dihadapi, dan aku berharap kamu selalu mencintai kesederhanaan yg kamu miliki bagaimanapun kamu nanti dengan siapapun kamu nanti dan cintai dirimu terlebih dulu karena semua akan menjadi hal yg bisa kamu terima nantinya saat kamu memahami dirimu sendiri..